ditulis: Widyo Babahe Leksono
Dolanan Egrang, asyiiik... lebih tinggi dari poster tubuh yang sebenarnya.
TIDAK bisa dipaksakan, bahwa
generasi/anak-anak dizaman sekarang harus melakukan Dolanan, sebagaimana
mestinya yang pernah dilakukan, oleh orang-orang tua terdahulu, dimasa lalunya,
saat mereka masih kecil/anak-anak. Anak-anak zaman sekarang cenderung memilih
jenis Dolanan/Permainan yang lebih praktis, tidak kotor, dan tidak merepotkan.
Namun tidak ada salahnya jika kita sebagai generasi pendahulu mereka, sekedar
mengenalkan Dolanan tersebut kepada anak-anak kita. Terlepas mereka suka atau
tidak, saya rasa hal ini perlu untuk dikenalkan dan diajarkan.
PERMAINAN,
bermain maupun mainan, kurang tepat untuk menyebut istilah DOLANAN. Karena Dolanan dalam istilah orang Jawa, menyakup
ketiga unsur tersebut. Ada
aturan atau tata cara bermain, cara memainkan, bahkan ada bentuk mainan hanya
berupa barang/benda. Kesemuanya itu dalam istilah orang jawa disebut DOLANAN.
Dalam
buku ini, Dolanan dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
a. dolanan
tanpa tembang.
b. dolanan
dengan tembang.
c. dolanan
hanya tembang, dan
d. dolanan
berupa barang/benda.
A. Dolanan
tanpa tembang yaitu, suatu jenis dolanan yang ada permainannya/tata cara bermain,
namun tidak disertai adanya tembang ketika permainan itu dilakukan. Jenis
dolanan tersebut antara lain: Gobak sodor, Betengan, Gaprakan, Petak umpet/jithungan,
Gangsingan, Ampatan layangan, Sepak tekong, Bekelan, Lompat tali/sprintol,
Dakon, Setinan/nekeran (jirak, wok ji, wok lu), Cek-cek mek, Sudahmandah/engklek, umbul, Bancakan, Lintang
ngaleh, benthik, Kucing-kucingan, Wil wa (dijawil terus digawa/dicolek lalu
dibawa, diajak), Jelong gudak, Pasaran.
B. Dolanan dengan Tembang yaitu suatu bentuk dolanan
selain ada permainannya/tata cara bermain, juga ada tembangnya (nyanyian/lagu)
ketika melakukan permainan. Jenis dolanan tersebut antara lain: Jamuran, Cublak-cublak
suweng, Seledor, Ular naga panjangnya, Buang kucing gering, Saputangan-buahtangan,
Gotri-legendri, Onthong-onthong bolong, Dingklik oglak-aglik, Soyang-soyang.
C. Dolanan
hanya Tembang atau lebih dikenal dengan sebutan Tembang Dolanan. Jenis dolanan
ini tidak ada permainannya. Hanya barupa tembang (lagu) atau nyanyian-nyanyian
belaka. Namun ditangan seorang kreator, tembang dolanan bisa dikembangkan dalam
bentuk tarian, peragaan, maupun pengadeganan. Contoh tembang dolanan
diantaranya: Padhang bulan, Kodhok ngorek, Lir-ilir, Menthok-menthok,
jah-gajah, Te-kate dipanah, Srengenge nyunar, Gambang Suling, Aku duwe pitik
cilik, Kidang Talun, Dondong apa Salak, Gundhul-gndhul pacul, Ning nong ning
gong, Esok-esok srengengene lagi metu, Jaranan, Praon, Suwe ora Jamu, Lumbung desa,Lesung
Jumengglung, Pak Tani duwe sawah amba.
D. Dolanan
berupa barang/benda yaitu, jenis mainan hanya dipakai sebagaimana bentuk mainan
itu sendiri. Dalam hal ini dituntut ketrampilan bagaimana menggunakan benda
mainan tersebut. Pada dasarnya jenis dolanan ini, tidak ada permainan/tata cara
bermain. Namun tidak menutup kemungkinan dolanan ini, digunakan untuk
bertanding atau kompetisi. Misalnya: Egrang, dipakai sebagai pertandingan balap
egrang, sepak bola egrang dan sebagainya. Mobil-mobilan dari kulit jeruk bali, maupun
dari gleges/kembang tebu, bisa dipakai sebagai rely, balap mobil, dan lainnya. Tulup,
Ceplokkan, bisa dipakai sebagai perang-perangan.
Contoh
lain dolanan berupa barang yaitu; Terompet dari daun kelapa, Terompet dari dami,
Bedhil-dedhilan dari pelepah pisang, jaran-jaran dari pelepah pisang, Wayang-wayangan
dari tangkai ketela pohon, Dari suket, Dari alang-alang, Prau-praunan dari
kertas dilipat-lipat, Mahkota dari daun nangka.
Dolanan
yang sifatnya pertandingan, kompetisi, atau sejenisnya, pada umumnya diawali
dengan hompimpah dan atau pingsut terlebih dahulu. Ada cara lain yang disebut
barisut. Namun cara ini jarang
diguakan. Hompimpah, pingsut, barisut
dilakukan untuk menentukan siapa yang main terlebih dahulu, dan siapa yang akan
mendapat/kena sangsi. Atau untuk menentukan kelompok, yaitu yang pingsut-nya kalah satu team/kelompok
dengan yang kalah, dan sebaliknya. Hal ini akan diatur dalam setiap jenis
dolanan. Karena masing-masing jenis dolanan ada tata caranya sendiri. Walau nanti
akan dijumpai beberapa jenis dolanan, ada kesamaan maupun perbedaan tata cara/aturan
main disetiap dolanannya.
Cara
melakukan hompimpah.
Anak
yang akan terlibat dalam dolanan, harus melakukan hompimpah terlebih dahulu dengan cara membolak-balikkan salah satu telapak
tangannya, sambil menyuarakan tembang hompimpah,
yaitu, hompilah hompimpah, alaikum
gambreng. Atau hompilah hom aku nije,
atau cukup singkat dengan hompilah
hompimpah. Berhentinya membolak-balikkan telapak tangan, berbarengan dengan
selesainya tembang. Dan saat itu ada yang menengadahkan telapaknya, ada yang
membalikkan telapak tangan. Dalam hal ini akan diketahui, berapa jumlah yang
tengadah dan yang membalik. Jumlahnya yang paling sedikit, itulah yang menang.
Seumpama
yang akan terlibat bermain bejumlah 5 anak. 2 anak telapak tangannya membalik,
yang 3 anak telapaknya tengadah. Berarti yang menang adalah, 2 anak yang
telapak tangannya membalik. 3 anak yang telapak tangannya tengadah, melakukan hompimpah lagi. Setelah dijumpai 2 anak
telapak tangannya membalik, 1 anak telapak tangannya tengadah, berarti yang
menang adalah 1 anak yang telapak tangannya tengadah. 2 anak yang telapak
tangannya membalik, kemudian melakukan pingsut.
Jika
terjadi kesamaan posisi telapak tangan, yaitu semua telapak tangan tengadah
atau membalik, maka anak yang akan terlibat dalam dolanan, harus mengulangi hompimpah lagi. Atau jika terjadi
kesamaan jumlah, yaitu jumlah telapak tangan yang tengadah sama dengan jumlah
telapak tangan yang membalik, maka harus mengulangi hompimpah lagi. Misalnya, yang akan terlibat bermain jumlahnya ada
6 anak. 3 anak posisi telapak tangannya tengadah, 3 anak telapak tangannya
membalik, maka disebut sampyuh/bedhu/seri,
ada kesamaan jumlah. Sehingga harus mengulangi hompimpah lagi, sampai dijumpai ada perbedaan jumlah.
Cara
melakukan pingsut atau swit.
Pingsut
atau swit dilakukan 2 anak, untuk
menentukan siapa yang menang. Caranya, masing-masing anak menunjukkan pilihan aduan, yang nantinya akan
diketahui siapa yang menang dan siapa yang kalah. Pilihan aduan ada 2 (dua)
jenis, yaitu,
a. Dengan
istilah kertas, gunting, dan batu. Simbul dari kertas, anak menunjukkan kelima
jarinya. Simbul dari gunting, anak menunjukkan 2 jari, (jari telunjuk dan jari
tengah). Simbul dari batu, menunjukkan kepalan tangan (tangan mengepal).
Keterangan: kertas kalah sama gunting. Gunting kalah sama batu. Batu kalah sama
kertas.
b. Dengan
istilah gajah, orang/manusia, dan semut. Simbul dari gajah, anak menunjukkan
ibu jari. Simbul dari orang/manusia, menunjukkan jari telunjuk. Dan simbul dari
semut, yang ditunjukkan jari kelingking. Keterangan: gajah kalah sama semut.
Semut kalah sama orang/manusia. Orang/manusia kalah sama gajah.
Semisal,
2 (dua) anak, Marko dan Marni, melakukan pingsut
dengan pilihan aduan yang pertama (a). jika Marko menunjukkan gunting (2
jari/jari telunjuk dan jari tengah), dan Marni menunjukkan batu (tangannya
mengepal), maka pingsut dimenangkan
oleh Marni. Bila mereka melakukan pingsut
menggunakan pilihan aduan yang kedua (b), misalnya Marko menunjukkan semut
(jari kelingking), dan Marni menunjukkan gajah (ibu jari), maka pingsut dimenangkan oleh Marko.
Cara
melakukan Barisut.
Untk
menentukan siapa yang mendapat/kena sangsi elain 2 cara tersebut diatas
(hompimpah dan pingsut), ada cara yang lebih singkat dan praktis, yaitu
Barisut. Caranya ialah, salah satu anak (Ma’e) mengangkat tangan kanannya
keatas (seakan menggapai sesuatu), dengan posisi telapak tangan membalik. Semua anak yang akan terlibat dolanan,
menempelkan ujung jari telunjuknya pada telapak tangan Ma’e. setelah semuanya
nempel di telapak tangan Ma’e, bebarengan menyanyikan lagu, “ sut sut barisut, yang tercabut kalah pingsut.”
Ketika lagu selesai dinyanyikan, semua anak secepat mungkin, mencabut
telunjuknya dari telapak tangan Ma’e. Bagi jari telunjuknya yang tercabut oleh
tangan Ma’e, dialah yang mendapat/kena sangsi.
Jika
yang tercabut oleh tangan Ma’e, lebih dari 2 anak, maka anak tersebut
mengulangi barisut lagi. Namun jika
yang tercabut 2 anak, maka dilakukan pingsut.
Seandainya terjadi ketika barisut dilakukan,
tidak ada satupun telunjuk yang tercabut oleh tangan Ma’e, maka semuanya
mengulangi barisut lagi.
Didalam
dolanan Jawa, dikenal juga dengan istilah “Pupuk
bawang.” Yaitu, anak yang belum cukup umur, namun ada keinginan ikut
terlibat dalam dolanan. Anak tersebut mendapat periotas tidak kena sangsi. Baik
dalam proses menentukan siapa yang kalah dan yang menang, maupun ketika
pelaksanaan dolanan.
Selain
hal tersbut, dikenal juga denngan sebutan “Jim.”
Didalam dunia olah raga, sebutan ini serupa dengan istilah “team out.” “Jim”
dilakukan ketika peserta bermain ada sesuatu hal, sehingga mengucapkan kata
tersebut, dengan maksud keluar atau istirahat sesaat dari permainan. Hal
tersebut dilakukan supaya peserta bermain bebas sejenak dari aturan bermain.(slamat bermain).